Search This Blog
2014-08-21
Pemberian Titik Pada Huruf AlQuran - Nuqath al-I'jam
Ada beberapa pendapat yang berbeda mengenai siapakah yang pertama kali menggagas penggunaan tanda titik ini untuk mushaf al-Qur’an. Namun pendapat yang paling kuat nampaknya mengarah pada Nashr bin ‘Ashim dan Yahya bin Ya’mar. Ini diawali ketika Khalifah Abdul Malik bin Marwan memerintahkan kepada al-Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafy, gubernur Irak waktu itu (75-95 H), untuk memberikan solusi terhadap ‘wabah’ al-‘ujmah di tengah masyarakat. Al-Hajjaj pun memilih Nahsr bin ‘Ashim dan Yahya bin Ya’mar untuk misi ini, sebab keduanya adalah yang paling ahli dalam bahasa dan qira’at.
Setelah melewati berbagai pertimbangan, keduanya lalu memutuskan untuk menghidupkan kembali tradisi nuqath al-i’jam (pemberian titik untuk membedakan pelafalan huruf yang memiliki bentuk yang sama). Muncullah metode al-ihmal dan al-i’jam. Al-ihmal adalah membiarkan huruf tanpa titik, dan al-i’jam adalah memberikan titik pada huruf. Penerapannya adalah sebagai berikut:
a. untuk membedakan antara دdal dan ذ dzal, ر ra’ dan ز zay, ص shad dan ض dhad, ط tha’ dan ظ zha’, serta ع‘ain dan غ ghain, maka huruf-huruf pertama dari setiap pasangan itu diabaikan tanpa titik (al-ihmal), sedangkan huruf-huruf yang kedua diberikan satu titik di atasnya (al-i’jam).
b. untuk pasangan س sin dan ش syin, huruf pertama diabaikan tanpa titik satupun, sedangkan huruf kedua (syin) diberikan tiga titik. Ini disebabkan karena huruf ini memiliki tiga ‘gigi’, dan pemberian satu titik saja diatasnya akan menyebabkan ia sama dengan huruf nun. Pertimbangan yang sama juga menyebabkan pemberian titik berbeda pada huruf-huruf ب ba’, ت ta, ث tsa, ن nun, dan ي ya’.
c. untuk rangkaian huruf ج jim, ح ha’, dan خ kha’, huruf pertama dan ketiga diberi titik, sedangkan yang kedua diabaikan.
d. sedangkan pasangan ف fa’ dan ق qaf, seharusnya jika mengikuti aturan sebelumnya, maka yang pertama diabaikan dan yang kedua diberikan satu titik diatasnya. Hanya saja kaum muslimin di wilayah Timur Islam lebih cenderung memberi satu titik atas untuk fa’ dan dua titik atas untuk qaf. Berbeda dengan kaum muslimin yang berada di wilayah Barat Islam (Maghrib), mereka memberikan satu titik bawah untuk fa’, dan satu titik atas untuk qaf.
Nuqath al-I’jam atau tanda titik ini pada mulanya berbentuk lingkaran, lalu berkembang menjadi bentuk kubus, lalu lingkaran yang berlobang bagian tengahnya. Tanda titik ini ditulis dengan warna yang sama dengan huruf, agar tidak sama dan dapat dibedakan dengan tanda harakat (nuqath al-i’rab) yang umumnya berwarna merah. Dan tradisi ini terus berlangsung hingga akhir kekuasaan Khilafah Umawiyah dan berdirinya Khilafah ‘Abbasiyah pada tahun 132 H. Pada masa ini, banyak terjadi kreasi dalam penggunaan warna untuk tanda-tanda baca dalam mushaf. Di Madinah, mereka menggunakan tinta hitam untuk huruf dan nuqath al-i’jam, dan tinta merah untuk harakat. di Andalusia, mereka menggunakan empat warna: hitam untuk huruf, merah untuk harakat, kuning untuk hamzah, dan hijau untuk hamzah al-washl. Bahkan ada sebagian mushaf pribadi yang menggunakan warna berbeda untuk membedakan jenis i’rab sebuah kata. Tetapi semuanya hampir sepakat untuk menggunakan tinta hitam untuk huruf dan nuqath al-i’jam, meski berbeda untuk yang lainnya.
Akhirnya, naskah-naskah mushaf pun berwarna-warni. Tapi di sini muncul lagi sebuah masalah. Seperti telah dijelaskan, baik nuqath al-i’rab maupun nuqath al-i’jam, keduanya ditulis dalam bentuk yang sama, yaitu melingkar. Hal ini rupanya menjadi sumber kebingungan baru dalam membedakan antara satu huruf dengan huruf lainnya. Di sinilah sejarah mencatat peran Khalil bin Ahmad al-Farahidy (w.170 H). Ia kemudian menetapkan bentuk fathah dengan huruf alif kecil yang terlentang diletakkan di atas huruf, kasrah dengan bentuk huruf ya’ kecil dibawahnya dan dhammah dengan bentuk huruf waw kecil diatasnya. Sedangkan tanwin dibentuk dengan mendoublekan penulisan masing-masing tanda tersebut. Disamping beberapa tanda lain.
Terkait dengan hal ini, ada suatu fakta sejarah yang unik. Yaitu bahwa tanda titik (nuqath al-i’jam) ternyata telah dikenal dalam tradisi Bahasa Arab kuno pra Islam atau setidaknya pada masa awal Islam sebelum mushaf ‘Utsmani ditulis. Ada beberapa penemuan kuno yang menunjukkan hal tersebut, antara lain:
1. Batu nisan Raqusy (di Mada’in Shaleh), sebuah inskripsi Arab sebelum Islam yang tertua. Diduga ditulis pada tahun 267 M. Batu nisan ini mencatat adanya tanda titik di atas huruf dal, ra’ dan syin.
2. Dokumentasi dalam dua bahasa di atas kertas papyrus, tahun 22 H (sekarang disimpan di Perpustakaan Nasional Austria). Dokumentasi ini menunjukkan penggunaan titik untuk huruf nun, kha, dzal, syin, dan zay.
Ditambah dengan beberapa temuan lainnya, setidaknya hingga tahun 58 H. Terdapat 10 karakter huruf yang diberi tanda titik, yaitu: nun, kha, dzal, syin, zay, ya, ba, tsa, fa, dan ta.Sehingga tepatlah jika disimpulkan bahwa apa yang dilakukan oleh Nashr bin ‘Ashim dan Yahya bin Ya’mar adalah sebuah upaya menghidupkan kembali tradisi itu dengan beberapa inovasi baru yang disesuaikan dengan kebutuhan. Wallahu a’lam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Artikel Unggulan
Shalat 5 Waktu Sebagai Kafarah Penebus Dosa
Rukun Islam - Shalat Dalam Hadits Dan Al-Quran Shalat adalah ritual ibadah wajib yang dilakukan oleh umat Islam, terdiri dari rukun dan sy...
Artikel Populer
-
Tafsir AlBayyinah Ayat 1 Departemen Agama Republik Indonesia Dalam ayat ini Allah mengungkapkan bahwa orang-orang yang mengingkari ke...
-
Tafsir Surah AlMuthaffifin Ayat 7 Dan 18 Defenisi mengenai Sijjin Dan `Illiyyin sangat mudah sekali diperoleh diduniamaya. Dua kata yan...
-
Penulis Kitab Albidayah Wan Nihayah mendapatkan riwayat dari jalur Ibnu Luhai'ah dari Qais bin Hajjaj dari seseorang yang pernah meng...
-
Contoh Dari Pengorbanan Dan Kepahlawanan Tentara Islam Muslim Soldier - Image Source: yamani313.wordpress.com Az-Zubair bin al-Awwam a...
-
Kisah Pertemuan Nabi Musa Dengan Allah Di Bukit Thuwa Menurut Al-Quran Kisah pertemuan Musa dengan Dzat Allah di bukit Thuwa. Nabi Musa t...
-
Ilmuan dan ulama memiliki pendapat yang berbeda mengenai jumlah ayat dalam AlQuran akan tetapi perbedaan tersebut hanyalah mengenai penomora...
-
Dalil Al-Quran Tentang Penciptaan Alam Semesta Dalam Enam Masa Tafsir Surah Al A'raaf 54 dan Tafsir Surah Shaad 27 : Allah yang mencip...
-
Cara Penerapan Hukum Rajam Hukum rajam bagi pria dan wanita yang melakukan hubungan intim layaknya suami-istri tanpa ada ikatan pernikahan...
-
Kata ‘Rabb’ dalam Bahasa Arab memiliki makna yang beragam dan unik dalam penggunaannya. Kayanya nuansa makna Bahasa Arab menghasilkan kae...
-
Pemberian tanda titik pada huruf ini memang dilakukan belakangan dibanding pemberian harakat. Pemberian tanda ini bertujuan untuk membedakan...
Total Kunjungan
Diberdayakan oleh Blogger.
Terbaru
Update
Komentar
Copyright © MUSLIM BLOG
saya dah ngetik komentar dua kali tapi kok malah ilang wae ya, *serius -_- mana gk saya copas lagi. padahal dah panjang2. astagfrulloh. dipendekin aja ah :
BalasHapusini di masyarakat pake titik aja dah pada ngerasa kesulitan bacanya, apalagi kalo gk pake titik :D
Wah... kok bisa ilang yah, mungkin waktu nulisnya lupa baca bismillah tuh hehe :D
HapusBahasa Quran adalah Bahasa Syurga, memang unik dan menarik untuk dipelajari ya :-D
bukan gk pake bismillah tapi lupa log ini Google Plusnya -_- makanya malah pake url + name saja hehe.
Hapuspaling unik juga bahasa paling susah sedunia, katanya mah :v | mau mempelajarinya saja musti baca safinah dan tijan yang tebel dulu wkwkwk