Karamah Al-Ala` Bin Al-Hadhrami
Al-Ala` Bin Al-Hadhrami adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang senior dan termasuk orang yang berilmu, banyak beribadah dan mustajab doanya. Setelah Rasulullah SAW wafat, banyak dari kabilah-kabilah yang murtad keluar dari jalan yang lurus. Kemudian Abu Bakar RA mengutus Al-Ala` Bin Al-Hadhrami untuk mengingatkan kekeliruan bangsa yang murtad diwilayah Bahrain.
Al-Ala` Bin Al-Hadhrami membawa pasukan muslimin menuju ke wilayah tersebut, dalam perjalanan menuju lokasi jihad ini, terjadilah suatu karamah. Ketika mereka berhenti di Dahna` (yaitu sebuah padang pasir antara Najed dan Al-Ahsa`) dalam kondisi belum sempat berhenti dengan sempurna tiba-tiba unta-unta mereka menjadi beringas dan lari membawa seluruh perbekalan tentara baikk berupa kemah maupun makanan dan minuman.
Sewaktu itu mereka berdiam ditempat itu dan hanya membawa pakaian yang melekat dibadan saja. Kejadian ini terjadi pada malam hari. Tidak seekor untapun yang dapat mereka kejar. Akhirnya ketika itu mereka ditimpa perasaan gelisah dan sedih yang tidak terperikan, sampai sebahagian mereka berwasiat kepada yang lainnya menunggu ajal tiba menjemput. Maka salah seorang pembantu Al-Ala`memanggil dan mengumpulkan mereka, kemudian Al-Ala` mulai berbicara:
"Wahai hadirin sekalian bukankah kalian orang Islam? Bukankah kalian sedang berperang dijalan Allah? Bukankah kalian penolong agama Allah?"Mereka menjawab:
"Ya benar!"Al-Ala` melanjutkan lagi,
"Demi Allah bergembiralah, Dia tidak akan menghinakan kalian dalam keadaan seperti ini."Kemudian azan subuh dikumandangkan ketika terbit fajar, dan Al-Ala` shalat bersama seluruh pasukan. Selesai shalat Al-Ala` duduk bersimpuh dengan kedua lututnya dan orang-orangpun duduk pula mengikutinya. Mulailah ia berdoa sambil mengangkat tangannnya dan orang-orangpun berbuat hal yang sama. Hingga matahari terbit, ketika cahaya matahari semakin terang sedikit demi sedikit, tiba-tiba Allah ciptakan untuk mereka tepat disamping mereka kolam besar penuh dengan air. Maka Al-Ala` dan pasukannya segera mendatangi tempat itu, mereka mandi dan minum sepuasnya, dan ketika siang mulai meninggi tiba-tiba seluruh unta mereka kembali berdatangan dari segala penjuru lengkap dengan perbekalan yang ada diatas punggungnya. Tidak seorangpun yang merasa kehilangan walaupun hanya seutas tali. Mereka segera memberi minum unta-unta mereka sepuas-puasnya (`alat ba`da nahat/ al-alat minum yang kedua, adapun an-nahat unta minum pertama kali mendapai air) dan ini merupakan karamah yang disaksikan oleh orang banyak sekaligus merupakan tanda kebesaran Allah bagi pasukan ini.
Kekalahan Kaum Murtad
Ketika Al-Ala` telah mendekati pasukan orang-orang yang murtad, ternyata mereka telah mengumpulkan pasukan yang banyak sekali, maka Al-Ala` memberhentikan pasukannya dan musuh turut berhenti sementara jarak diantara mereka saling berdekatan. Pada malam harinya Al-Ala` mendengar suara hiruk pikuk dari pasukan kaum murtad, ia berkata, "Siapa yang siap untuk mencari informasi tentang mereka?"
Maka bangkitlah Abdullah Bin Hadzaf dan dia mulai berjalan memasuki sarang musuh, ternyata didapatinya semua musuh dalam keadaan mabuk tidak sadarkan diri lagi, Abdullah segera kembali dan memberitahukan hal itu kepada Al-Ala`. Maka spontan Al-Ala` beserta pasukannya menyiapkan perbekalan dan maju menyerang musuh.
Malam itu mereka banyak membunuh musuh, dan sedikit sekali yang bisa melarikan diri dari mereka. Pasukan Islam berhasil menguasai seluruh harta musuh dan hasil bumi maupun perhiasan mereka, mereka benar-benar membawa harta rampasan perang yang banyak.
Tersebutlah Al-Hutham Bin Dhubai`ah saudara dari Bani Qais Bin Tsa`labah termasuk tokoh kaumnya sedang tidur ketika kaum Muslimin menyerbu mereka. Dia terbangun dalam keadaan terkejut dan langsung lompat keatas kudanya namun sayang pelananya terputus, maka ia berkata, "Siapa yang bisa memperbaiki pelanaku?", maka datanglah seorang dari tentara kaum Muslimin malam itu dan berkata, "Aku bisa memperbaikinya untukmu, angkatlah kakimu!". Tatkala ia mengangkat kakinya maka seketika itu tentara tersebut memenggal kakinya hingga terputus, dia masih berteriak, "Siapkan pelanaku." namun dijawab oleh tentara itu, "Tidak, aku tidak mau."
Akhirnya ia jatuh tersungkur, tiap kali orang melewatinya ia menawarkan agar sudi membunuhnya. Namun orang-orang tidak mau hingga Qais Bin Ashim melewatinya, ia berkata kepadanya, "Aku akan binasa, bunuhlah aku!" Maka Qais pun membunuhnya, tatkala Qais melihat kakinya telah terpotong, dia merasa menyesal membunuhnya dan berkata, "Alangkah kasihannya nasibmu, andai aku tahu apa yang menimpamu pasti engkau tidak akan kusentuh."
Al-Ala` Dan Pasukannya Melintasi Laut
Ketika pembagian ghanimah selesai, Al-Ala` berkata kepada tentaranya, "Mari Kita berangkat menuju Darain (sebuah nama dermaga di Bahrain) untuk memerangi musuh yang ada disana." Segenap tentara segera mematuhi perintahnya. Meraka mulai bergerak hingga sampai ditepi pantai dan bersiap-siap untuk mengejar perahu musuh. Namun jarak mereka dengan perahu sudah jauh, maka Al-Ala` segera masuk kelaut dengan kudanya sambil berdoa;
"Ya Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang, Ya Allah yang Maha Bijaksana dan Mulia, Ya Allah Yang Maha Esa dan tempat bergantung. Ya Allah yang Maha Hidup dan Berdiri Sendiri. Ya Allah yang memiliki Keagungan dan Kemualiaan, tiada tuhan yang haq selain Engkau, Engkaulah Rabb Kami."Kemudian dia perintahkan tentaranya untuk mengucapkan doa yang sama dan langsung masuk ke dalam laut bersama kuda mereka. Akhirnya mereka dapat menyeberangi teluk tersebut dengan mengendarai kuda yang berjalan diatas air seolah-olah sedang berjalan diatas pasir lunak yang sedikit airnya dan berpasir, namun tidak sampai sebatas kaki unta dan tidak pula sampai sebatas pelana kuda.
Padahal perjalanan ini jika ditempuh dengan menggunakan kapal memakan waktu sehari semalam, namun dengan cepat ia telah sampai ditepi pantai seberang. Ia terus memerangi musuh hingga mengalahkan mereka dan mengambil seluruh harta rampasan perang mereka. Kemudian ia kembali lagi kesisi pantai yang pertama. Perjalanan pulang pergi menyeberangi laut hanya memakan waktu satu hari saja, tanpa menyisakan seorang musuhpun yang hidup untuk membawa berita.
Maka Al-Ala` mulai menggiring tawanan anak-anak dan wanita, lengkap beserta ternak dan harta mereka. Tidak seorangpun dari kaum muslimin yang kehilangan kecuali seekor kuda yang bernama Ulaiqah. Namun Al-Ala` berhasil membawanya kembali, kemudia Al-Ala` kembali membagi-bagikankan harta rampasan perang untuk prajuritnya. Setiap penunggang kuda mendapatkan 6000 dinar dan setiap pasukan pejalan kaki mendapatkan 2000 dinar, padahal jumlah pasukannya lumayan banyak. Kemudian beliau memberitakan kemenangan ini kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq RA. Abu Bakar Ash-Shiddiq mengirim utusan sebagai tanda terimakasihnya kepada Al-Ala` atas prestasinya itu. Salah seorang dari tentara kaum muslimin yaitu Afifi Bin Al-Mundzir membuat sebait syair yang berbunyi:
Tidakkah kalian lihat bagaimana Allah telah menaklukkan lautanNya, Dan menurunkan kepada orang-orang kafir hukumanNya, Kami berdoa kepada Dzat yang pernah membelah lautan, Ternyata Dia datang kepada kami membawa keajaiban yang lebih hebat dari yang terdahulu.Catatan: Kisah ini dikutib dari Tartib Wa Tahdzip-Kitab Al-Bidayah Wan Nihayah Karya Ibnu Katsir yang diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia oleh Abu Ihsan Al-Atsari Diterbitkan oleh Darul Haq tahun 2004 hal. 109-112
No comments:
Post a Comment