Search This Blog

2024-01-07

Burung Ababil dan Pasukan Gajah Abrahah - Tafsir Al-Azhar Surah Al-Fil 1-5 - Bagian 4

Tafsir Al-Azhar Surah Al-Fil (Pasukan Gajah) Ayat 1-5

Dalam keadaan yang demikian itu, demikian uraian Ibnu Hisyam dalam Sirahnya nampaklah di udara beribu-ribu ekor burung terbang menuju mereka. Datangnya dari jurusan laut. Burung itu membawa tiga butir batu; sebutir di mulutnya dan dua butir digenggamnya dengan kedua belah kakinya. Dengan serentak burung-burung itu menjatuhkan batu yang di bawanya itu ke atas diri tentara-tentara yang banyak itu. Mana yang kena terpekik kesakitan karena saking panasnya. Berpekikan dan berlarianlah mereka, tumpang siur tidak tentu arah, karena takut akan ditimpa batu kecil-kecil itu yang sangat panas membakar itu. Lebih banyak kena daripada yang tidak kena.

Semua menjadi kacau-balau dan ketakutan. Mana yang kena terkaparlah jatuh, dan yang tidak sampai kena hendak segera lari kembali ke Yaman. Mereka cari Nufail bin Habib untuk menunjuki jalan menuju Yaman, namun dia tidak mau lagi, malahan dia bersyair:

Burung Ababil dan Pasukan Gajah Abrahah - Tafsir Al-Azhar Surah Al-Fil 1-5 - Bagian 4
sumber: wikimedia.org

"Kemana akan lari, Allahlah yang mengejar, Asyram (Abrahah) yang kalah, bukan dia yang menang."

Kucar-kacirlah mereka pulang. Satu demi satu mana yang kena lontaran batu itu jatuh. Dan yang agak tegap badannya masih melanjutkan pelarian menuju negerinya, namun di tengah jalan mereka berjatuhan juga. Adapun Abrahah sendiri yang tidak terlepas dari lontaran batu itu masih sempat naik gajahnya menuju Yaman, namun di tengah jalan penyakitnya bertambah membahayakan. Terkelupas kulitnya, gugur dagingnya, sehingga sesampainya di negeri Yaman boleh dikatakan sudah seperti anak ayam menciap-ciap. Lalu mati dalam kehancuran.

Maka terkenallah tahun itu dengan nama "Tahun Gajah". Menurut keterangan Nabi SAW sendiri dalam sebuah Hadis yang shahih, beliau dilahirkan adalah dalam tahun gajah itu. Demikianlah disebutkan oleh Al-Mawardi di dalam tafsirnya. Dan tersebut pula di dalam kitab I’lamun Nubuwwah, Nabi SAW dilahirkan 12 Rabiul Awwal, 50 hari saja sesudah kejadian bersejarah kehancuran tentara bergajah itu.

Setelah Nabi kita SAW berusia 40 tahun dan diangkat Allah menjadi Rasul SAW masih didapati dua orang peminta-minta di Makkah, keduanya buta matanya. Orang itu adalah sisa dari pengasuh-pengasuh gajah yang menyerang Makkah itu.

"Bukankah telah Dia jadikan daya upaya mereka itu pada sia-sia?" (ayat 2). Usaha yang begitu sombong dan besar, jawaban Abrahah kepada Abdul Muthalib, bahwa Allah sendiri tidak akan sanggup bertahan kalau dia datang menyerang. Segala maksudnya hendak menghancurkan itu sia-sia belaka, dan gagal belaka.

Tersebut dalam riwayat bahwa Abdul Muthalib yang tengah meninjau dari atas bukit-bukit Makkah apa yang akan dilakukan oleh tentara bergajah itu melihat burung berduyun-duyun menuju tentara yang hendak menyerbu Makkah itu. Kemudian hening tidak ada gerak apa-apa. Lalu diperintahnya anaknya yang paling bungsu, Abdullah (ayah Nabi kita Muhammad SAW) pergi melihat-lihat apa yang telah kejadian, ada apa dengan burung-burung itu dan ke mana perginya. Maka dilakukannyalah perintah ayahnya dan dia pergi melihat-lihat dengan mengendarai kudanya. Tidak beberapa lamanya dia pun kembali dengan memacu kencang kudanya dan menyingsingkan kainnya. Setelah dekat, dengan tidak sabar orang-orang bertanya:

"Ada apa, Abdullah?"

Abdullah menjawab: "Hancur-lebur semua!" Lalu diceriterakannya apa yang dilihatnya, "Bangkai bergelimpangan dan ada yang masih menarik-narik nafas akan mati dan sisanya telah lari menuju negerinya."

Maka berangkatlah Abdul Muthalib dengan pemuka-pemukan Quraisy itu menuju tempat tersebut, tidak berapa jauh dari dalam kota Makkah. Mereka dapati apa yang telah diceriterakan Abdullah bin Abdul Muthalib itu. Bahkan 200 ekor unta Abdul Muthalib dan harta-benda yang lain, dan harta-benda yang ditinggalkan, kucar-kacir oleh tentara yang hancur itu. Baik kuda-kuda kendaraan, ataupun pakaian-pakaian perang yang mahal-mahal, alat senjata peperangan, pedangnya, perisainya dan tombaknya dan emas perak banyak sekali. Maka sepakatlah kepala-kepala Quraisy itu memberikan kelebihan pembahagian yang banyak untuk Abdul Muthalib, sebab dia dipandang sebagai pemimpin yang bijaksana. Dengan keahliannya dapat menghadapi musuh yang begitu besar dan begitu sombong.

Sebagai kita katakan tadi, 50 hari sesudah kejadian itu, Nabi Muhammad SAW pun lahirlah ke dunia. Tetapi ayahnya dalam perjalanan ke Yatsrib, kampung dari keluarga ayahnya. Di sana dia meninggal sebelum puteranya lahir. Berkata Ibnu Ishaq: "Setelah penyerangan orang Habsyi terhadap Makkah itu digagalkan dan dihancurkan oleh Allah sendiri, bertambah penghargaan dan penghormatan bangsa Arab kepada Quraisy. Sehingga mereka katakan: ‘Orang Quraisy itu ialah Keluarga Allah. Allah berperang untuk mereka.’"

"Dan Dia telah mengirimkan ke atas mereka burung berduyun-duyun." (ayat 3). Burung-burung itu berduyun datang dari laut. Ahli-ahli tafsir bicara macam-macam tentang keadaan burung itu. Namun apa jenis burung tidak penting kita perkajikan. Sembarang burung pun dapat dipergunakan Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya. Sedangkan tikus bisa merusakkan sebuah negeri dengan menyuruh tikus itu memakan padi yang sedang mulai masak di sawah. Sedangkan belalang berduyun-duyun beratus ribu dapat membuat satu negeri jadi lapar, apatah lagi burung berduyun-duyun (ababil).

"Yang melempari mereka dengan batu siksaan?" (ayat 4). Batu yang mengandung azab, batu yang mengandung penyakit. Ada tafsir mengatakan bahwa batu itu telah direndang terlebih dahulu dengan api neraka. Syaikh Muhammad Abduh mencoba mentakwilkan bahwa batu itu membawa bibit penyakit cacar. Menurut keterangan Ikrimah sejak waktu itulah terdapat penyakit cacar di Tanah Arab. Ibnu Abbas mengatakan juga bahwa sejak waktu itu adanya penyakit cacar di Tanah Arab.

Dapat saja kita menerima penafsiran ini jika kita ingat bahwa membawa burung atau binatang dari satu daerah ke daerah yang lain, walaupun satu ekor, hendaklah terlebih dahulu diperiksakan kepada doktor, kalau-kalau burung itu membawa hama penyakit yang dapat menular. Demikian juga dengan tumbuh-tumbuhan. Demikian seekor burung, bagaimana kalau beribu burung?

"Lalu Dia jadikan mereka seperti daun kayu yang dimakan ulat." (ayat 5). Laksana daun kayu dimakan ulat, memang adalah satu perumpamaan yang tepat buat orang yang diserang penyakit cacar (ketumbuhan), seluruh badan akan ditumbuhi oleh bisul yang panas, malahan sampai ada yang tumbuh dalam mata. Telapak kaki yang begitu tebal pun tidak terlepas, dan muka pun akan coreng-moreng dari bekasnya. Sebagai yang telah penulis alami (1923).

Al-Qurthubi menulis dalam tafsirnya: "Hikayat tentara bergajah ini adalah satu mu’jizat lagi dari Nabi kita, walaupun beliau waktu itu belum lahir." Dan tidak ada orang yang akan dapat melupakan bahwa nenek-kandungnya mengambil peranan penting pada kejadian ini.

Dari kisah diatas tergambar jelaslah bahwa Abdul Muthalib menganut ajaran yang hanif sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Ibrahim. Begitu pula dengan Abdullah yang merupakan putra kesayangan dari Abdul Muthalib sudah barang tentu mengikut ajaran yang dianut oleh Ayahandanya yang merupakan pembesar Quraisy yang termasyur keseluruh penjuru. Apatah lagi Siti Aminah yang merupakan wanita shalihah dan istri dari Abdullah bin Abdul Muthalib sudah barang tentu mengikut ajaran yang dianut suaminya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © MUSLIM BLOG